Jumat, 03 Juli 2015

Sindrom Skeeter aka. Alergi Gigitan Nyamuk

Anak saya yang pertama, Ara, sudah sejak lama menderita alergi terhadap gigitan nyamuk. Alergi ini punya nama keren, Sindrom Skeeter. Parah sih tidak, tapi cukup mengganggu ya... Maksudnya, saat Ara digigit nyamuk bentol, gatal, dan kemerahan yang terjadi bisa bertahan lama banget. Kalo orang normal, bentol akibat nyamuk bisa hilang dalam hitungan jam atau bertahan hingga besoknya, di kulit Ara bisa sampai berminggu-minggu. Bahkan sampai timbul koreng yang susah banget sembuhnya dan menyisakan bercak kehitaman.
Ini foto kaki Ara sekarang. Sedih ya...
Seingat saya, alergi itu muncul sejak usia Ara hampir setahun. Mungkin karena di usia ini anak sudah mulai bisa menggaruk sendiri ya. Kalo sebelumnya kan masih bisa dicegah dan diawasi. 
Punya anak dengan kelainan kulit seperti ini, memang bikin pusing banget. Apalagi saat kami tinggal di Surabaya nemenin papanya yang lagi pendidikan di sana. Padahal hanya sekitar 5 bulanan, tapi karena di Surabaya banyak banget nyamuknya, aduh.... Hh.. Bisa dibilang saat itu kaki Ara amat sangat tidak enak dilihat. Bekas gigitan nyamuk yang menjelma jadi luka terbuka ada dimana-mana. Saya dan papanya sampai tidak berani mengajak Ara ke kolam renang. Selain kasihan melihat kondisi kakinya yang terekspos seperti itu, agak khawatir aja Ara bisa tertular penyakit-penyakit lain karena lukanya yang belum sembuh. Saat itu, berbagai macam cara sudah saya coba. Dari mengoleskan segala salep atau minyak, selalu memakai celana panjang saat di rumah, hingga selalu menggunakan air rebusan secang (kulit kayu) + sereh saat mandi untuk berendam. Tapi hasilnya... ya gitu deh.
Yah karena bakat alergi, sampai sekarang kondisi kulit Ara masih begitu. Pengobatan dokter pernah saya coba pastinya. Tapi ya begitulah, tidak memberikan hasil yang diharapkan. Pernah juga mencoba pengobatan herbal, dengan produk probiotik "Bio****". Awalnya setelah pemakaian kontinyu selama sebulan, saya sempat senang. Kondisi alergi Ara menunjukkan perubahan. Bentol yang diderita bisa cepat hilang. Seperti orang normal pada umumnya. Tapi sayang... tidak bertahan lama. Setelah beberapa bulan kondisinya balik lagi ke awal. Padahal produk itu tetap dikonsumsi lho...
Hingga pas awal-awal puasa kemarin, sempat mo bawa Ara ke dokter lagi. Habis bagaimana lagi, ngenes... lihat tangan Ara sekarang mulai ikut-ikutan ber-'koreng' ria. Kasihan aja ngelihatnya. Cuma agak ragu juga ya, karena kalo ke dokter lagi, sepertinya bisa dipastikan obatnya sama saja dengan yang dulu. Dan hasilnya juga tidak bertahan lama. 
Tiba-tiba saya teringat cerita herbalist saya, soal bisulnya yang sembuh setelah diolesi madu IQku. Madu anak herbal. Sebenarnya saya sudah agak lama juga sih anak-anak mengkonsumsi IQku. Mungkin sekitar 6 bulan kebelakang. Karena meski harganya lumayan mahal (75rb per botol), daya tahan tubuh anak-anak terbukti OK banget. Ga gampang sakit, dan kalaupun sakit paling cuma batuk pilek tapi cepat banget sembuhnya. Tanpa obat lho... :D
  

Ini kondisi tangan Ara sebelumnya, 24 Juni 2015
 Dan ini kondisinya tanggal 29 Juni 2015,
 Kelihatan kan bedanya. Saya ga nyangka juga sih sebelumnya. Alhamdulillah banget hanya dalam waktu beberapa hari saja, bisa dibilang lukanya sudah sembuh!! Kering. Tinggal bekasnya saja. Dan hebatnya lagi, bentol merah yang langsung diolesi IQku, langsung hilang ga nyampe sehari. Berasa dapat undian berhadiah deh!! He.he...
Legaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa... akhirnya nemu juga obat yang pas. Saat saya menulis blog ini, bekas koreng yang masih tetap saya olesi madu IQku, warnanya cepat memudar. Tidak seperti obat-obat lainnya yang menyisakan bekas kehitaman.

3 komentar:

  1. Anak saya juga sama, klo boleh tahu dimana bisa beli obatnya?

    BalasHapus
  2. Belinya dimana bun?
    Anak saya juga mengalami hal yang sama.

    BalasHapus